Aplikasi kencan kini menjadi pilihan populer bagi banyak orang untuk mencari pasangan atau sekadar berkenalan. Namun, sebuah riset terbaru justru mengungkapkan, penggunaan aplikasi kencan dapat meningkatkan risiko gangguan mental, termasuk depresi.

Penelitian yang dilakukan oleh Zac Bowman dari Flinders University, Australia, bersama rekan-rekannya, menganalisis 45 studi yang berfokus pada hubungan antara aplikasi kencan, citra tubuh, dan kesehatan mental.

Citra tubuh sendiri adalah bagaimana seseorang memandang dan merasa tentang penampilannya, yang juga berkaitan dengan ukuran tubuh, bentuk, dan daya tarik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasilnya cukup mengejutkan, 85 persen dari penelitian mengenai citra tubuh menemukan hubungan negatif antara penggunaan aplikasi kencan dan persepsi diri. Sedangkan hampir 50 persen dari studi tentang kesehatan mental menunjukkan ada korelasi yang buruk.

Bowman menyatakan bahwa penggunaan aplikasi kencan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental, termasuk ketidakpuasan terhadap tubuh, gangguan makan, depresi, kecemasan, dan rendahnya harga diri.

Lihat Juga : Tren Kencan 'Throning' ala Gen Z, Pacaran Biar Dianggap Keren

Aplikasi kencan yang cenderung mengedepankan penampilan fisik sebagai faktor utama penilaian, meningkatkan kemungkinan terjadinya objektifikasi diri. Hal ini membuat pengguna lebih fokus pada penampilan fisik dan kurang menghargai kualitas pribadi mereka.

"Proses ini bisa mengarah pada ketidakpuasan terhadap tubuh, rasa malu terhadap penampilan, bahkan masalah citra tubuh yang lebih serius," kata Bowman mengutip Detik.

Selain itu, Bowman menduga bahwa penolakan yang sering dialami pengguna aplikasi kencan, baik secara eksplisit maupun tersirat, juga dapat memperburuk kesehatan mental mereka. Pengguna yang sering ditolak, terutama jika penolakan itu berkaitan dengan penampilan fisik berisiko mengalami penurunan harga diri, depresi, hingga kecemasan.

Dengan penekanan besar pada penampilan fisik di aplikasi kencan, banyak pengguna merasa dihargai hanya berdasarkan tampilan luar mereka. Hal ini memicu rasa cemas dan ketidakpuasan yang berulang, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan mental.

[Gambas:Video CNN]

• ·Kuasa Hukum Budi Said Menyayangkan Putusan Praperadilan yang Menolak Gugatan Praperadilan
• ·Sering Disalahgunakan, Ahli Jelaskan Efek Samping Ketamin Sebahaya Ini
• ·Cegah Kasus PPDS Kekerasan Terulang, Wamenkes: Ada Tes Kejiwaan MMPI
• ·Trump Akhirnya Setuju Tunda Penerapan Tarif UE
• ·Ada Penerbangan Nonstop, Habis Liburan di Bali Bisa Lanjut ke Phuket
• ·Thailand Pede Ancaman Teror Tak Halangi Turis Israel Kunjungi Phuket
• ·Bahaya Klorin, Lindungi Kulit dengan Tisu yang Tepat
• ·Mengenal 20 Sifat Wajib Allah: Konsep dan Penjelasannya
• ·2 Fase Ini Bisa Kamu Alami saat Berhenti Konsumsi Minuman Manis
• ·Jadi Warisan Budaya Dunia, Kebaya Tak Cuma Milik Indonesia
• ·Maman Imanul Haq Desak Gelar Dokter PPDS Pemerkosa di RSHS Dicabut: Kariernya Harus Selesai!
• ·Data Perbandingan YU7 dan Tesla Model Y, di Atas Kertas Unggul Xiaomi
• ·Digitalisasi Indonesia Bukan Jakarta Sentris Lagi
• ·Jadi Warisan Budaya Dunia, Kebaya Tak Cuma Milik Indonesia
• ·Sambut Musim Dingin, Garam Merica Kenalkan Menu Bakso ke Sydney
• ·Ribuan Warga Binaan Salat Id di Lapas Salemba, Dahnil Anzar Jadi Khatib